, , , , , , , ,

On Your Wedding Day 너의 결혼식 (2018) | Marf Movie Review



Jika kalian menyukai cerita mengenai perjuangan untuk mendapatkan hati sang pujaan maka film ini akan memuaskan kamu dengan caranya sendiri.Woo Yeon yang sejak pandangan pertama mulai menyukai Seung Hee mulai saat itu juga  mendekati Seung Hee. Karena mereka berdua adalah anak pindahan yang terpaut satu tahun, tiba-tiba saja keduanya dekat dengan sendirinya. Sering bolos bersama dan Woo Yeon berganti status dari teman menjadi pacar pura-pura Seung Hee.

Semua sandi milik Woo Yeon mulai berganti menjadi tahun lahir Seung Hee namun belum lama kebahagiaan Woo Yeon menemani, Seung Hee pindah sekolah dan membuat mereka bukan lagi apa-apa. Tetap tidak bisa Seung Hee, Woo Yeon yang tadinya tidak berniat untuk kuliah akhirnya mati-matian belajar agar bisa bertemu lagi dengan Seung Hee di kampus yang sama. Berkat perjuangan yang luar biasa, akhirnya mereka bertemu lagi.

Namun, untuk menjalin hubungan dengan Seung Hee, Woo Yeon harus bersabar karena nyatanya Seung Hee sudah memiliki kekasih, seorang ketua tim america football yang Seung Hee sukai sejak tiga detik pertama pertemuan mereka. Meski mengetahui Seung Hee punya kekasih, Woo Yeon tidak pernah berhenti untuk bisa mendapatkan hati Seung Hee, sebuah cinta pertama yang penuh lika-liku untuk bisa bersama.


Kalo menurut saya, film ini layaknya drama korea yang dirapatkan durasinya menjadi 110 menit saja. Dengan beberapa konflik yang terfokus kepada Seung Hee dan Woo Yeon dan juga bagaimana akhirnya mereka berhasil bersama dan bagian bagian lainnya. Dimana Woo Yeon yang tiba-tiba saja merasa pilihan yang ia buat salah dan bagaimana semua berakhir karena satu kata.

Tapi layaknya kisah pasangan yang berakhir ditengah jalan dan tidak bisa bersatu sampai liang lahat, cerita yang disuguhkan cukup menarik untuk diikuti. Dengan perawakan Woo Yeon dan si kecil Seung Hee yang membuat film On Your Wedding Day ditunggu tunggu untuk tayang di bioskop. Film ini sendiri hadir di bioskop indonesia tanggal 3 Oktober kemarin.

Respon untuk On Your Wedding Day pun cukup positif entah dari negara pembuat film sampai dengan negara-negara lain yang memberikan respon untuk film ini. Menurut The Korea Herald, film On Your Wedding Day "lucu, manis, ringan dan meningatkan kembali masa muda kalian." Majalah Online dari Filipina juga tidak mau ketinggalan memberikan respon, melalui  Cosmopolitan Philippines memberikan komentar berupa "memberikan pelajaran mengenai kehidupan dan percintaan tanpa terlalu murahan dan tidak realistis."
Share:
Read More
, , , , , ,

After D-100 (2018) "Tekad Bercerai dari Hari Ke-100"

Penulis : Park Mi Young

Penerjemah : Putu Pramania Adnyana

Penerbit : Haru

Tebal : 376 hlm

Terbit : Cetakan ketiga, Mei 2018 

Genre : Dewasa

ISBN : 978 – 602 – 7742 – 18 – 5

Harga : Rp. 98.000

Bagaimana rasanya menjadi seorang istri yang memiliki suami tak bercela? Tampan? Iya. Kaya? Iya. Rapi? Iya. Sebagai seorang istri, Gyung Hee sangat mencintai suaminya selama dua tahun tanpa pernah mengeluh walaupun selalu diacuhkan dan tidak pernah berjalan beriringan! Menurut Gyung Hee itu semua tidak masalah. Karena dia mencintai suaminya maka ia harus menerima semua tingkah suaminya tanpa perlu protes apa-apa

Namun semua berubah karena rasa penasaran Gyung Hee terhadap ruang kerja suaminya yang hanya ia datangi untuk sekedar bersih bersih dan pernikahan mereka yang baru saja mencapai dua tahun mulai berubah dari hari itu. Sebuah rahasia dari laci meja kerja suaminya merubah Gyung Hee seutuhnya.

Melebihi kisah cinta para suami-istri yang biasanya garam penyedapnya adalah orang ketiga, After D-100 memiliki lebih banyak konflik diantara Gyung Hee dan suaminya, Jung Chul. konflik yang muncul satu per satu dan setiap membalik lembarannya semakin membuat penasaran Penulis Mi Youn mempu membuat saya berapa kali membenci dan mencintai Jung Chul permasalahan yang timbul karena tidak terbukanya mereka satu sama lain dan juga keegoisan diri sendiri yang membuat pernikahan mereka kandas mulai dari hari ke-100.

Permasalahan mengenai anak adalah hal yang paling sering mengusik mereka berdua, mulai dari diri mereka sendiri sampai dengan orang tua masing-masing yang berharap bahwa Gyung Hee dan Jung Chul memiliki anak ditambah lagi Jung Chul yang merupakan anak semata wayang dan jika ia tidak memiliki keturunan artinya tidak ada penerus generasi berikutnya untuk keluarga Lee. 

Bagaimana jadinya hubungan Gyung Hee dan Jung Chul yang diambang batas juga permintaan momongan yang tak pernah henti-hentinya dijadikan pembahasan padahal Gyung Hee dan Jung Chul sudah sepakat untuk menyerah dalam mendapatkan anak karena Gyung Hee yang ternyata steril?

Dan apa yang disembunyikan suami Gyung Hee dalam laci meja kerjanya? 

Penasaran? Baca sekarang!

Karena novel ini bergenre dewasa jadi harapan saya semoga para pembaca bisa memilih bacaan sesuai umurnya karena dalam novel ini ada beberapa pengambaran cerita yang tidak cocok untuk dibaca oleh anak anak dibawah 17 tahun. 

Melihat review After D-100 pada akun goodreads ada beberapa orang yang kurang menyukai cara penulisan Mi Youn karena terkesan seperti membaca fiksi penggemar tapi menurut saya pribadi, karena cara penulisannya seperti itu yang membuat topik berat yang diangkat Mi Youn tidak begitu menyakitkan kepala dan bisa dibaca dengan santai, tapi kembali lagi pada perspektif masing-masing orang. namun After D-100 mampu mendapatkan 3.81 bintang, rating yang baik!

Dalam After D-100 terdapat satu fun fact yaitu, pemberi mahar sebelum menikah adalah mempelai wanitanya, seperti adat orang Padang. Menarik sekali  bukan? Mau tau apa saja mahar yang diajukan oleh keluarga Jung Chul? Hihihihi silahkan baca novel After D-100.


Share:
Read More
, , , , , , , , ,

The Anthem of The Heart 心が叫びたがってるんだ。(2015) | Marf Movie Review



Perkataan yang tidak baik bisa menyakiti hati seseorang yang mendengarnya walaupun banyak yang mengatakan bahwa mereka berkata seperti itu sekedar bercanda. Bercanda yang melukai hati seseorang tidak bisa dianggap sebagai candaan. Mungkin seperti itulah mengapa film ini digambarkan. Bercerita mengenai anak perempuan, Jun Naruse yang ceplas ceplos mengeluarkan isi pikirannya tanpa pikir panjang.

Karena mulutnya itulah semua bermula. Jun Naruse harus menerima bahwa orang tuanya bercerai karena celotehannya dan berakhir disalahkan oleh Ayahnya. Mulai saat itulah Jun bertemu sebuah telur yang bisa bicara dan menyarankan untuk 'menutup' mulutnya agar kedepannya nanti Jun tidak perlu mendapati banyak kesialan-kesialan karena perkataan yang mulutnya keluarkan.

Setelah hari itu, gadis kecil yang cerewet dan memiliki banyak mimpi hilang. Jun Naruse menjadi anak yang tanpa ekspresi dan tidak pernah bersuara, entah di sekolah maupun di rumah bersama Ibunya. Tapi Jun Naruse dipilih menjadi salah satu Panitia Komunitas Jangkauan yang membuatnya lebih mengenal teman sekelasnya. Walaupun mereka semua menentang menjadi panitia namun akhirnya berteman dan melaksanakn tugas yang diberikan dan cerita terus berlanjut dengan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan seorang remaja.


Film yang disutradarai Tatsuyuki Nagai ini mengangkat tema drama remaja yang memang lekat dengan kehidupan seorang remaja namun dengan bumbu fantasi yang menampilkan si tamago yang bisa bicara sebagai narator dipembuka film. The Anthem of The Heart juga memiliki subtitle yaitu Beautiful Word, Beautiful World. yang menggambarkan bahwa perkataan yang baik bisa menciptakan dunia yang baik. titik fokus yang memang Nagai tonjolkan melalui Jun.

Untuk seorang anime lovers mungkin ada yang mengenal anime Anohana, sebuah anime yang dibuat oleh staf yang juga membuat film The Anthem of The Heart ini. Maka dari itu, jika dilihat dalam penggambarannya mirip dengan cara visual anime Anohana sendiri. Namun itu bukan berarti hal minus, malah karena penggambaran yang familiar dan cantik membuat The Anthem of The Heart memanjakan mata. Film ini sendiri sudah diadaptasi menjadi live-action yang dirilis pada tahun 2017 lalu.


The Anthem of The Heart sendiri layaknya film penenang yang bisa membuat kita merasakan kembali gejolak sebagai anak sekolahan dengan berbagai masalah yang sering dimiliki. Ost The Anthem of The Heart sendiri mempunyai ciri yang menenangkan dan meneduhkan cocok didengarkan ketika ingin melepas penat. 

Salah satu tanggapan yang didapatkan film The Anthem of The Heart dari Nick Creamer yang menyimpulkan bahwa "Ini adalah sebuah film singkat yang menawan, yang menceritakan sebuah kisah kecil dengan berbagai keanggunan sejati. Tentu sangat direkomendasikan." Seperti tanggapan Nick Creamer, saya juga merasa bahwa The Anthem of The Heart sangat direkomendasikan kepada kalian semua. Untuk merasakan setiap gejolak yang ditanam seorang diri tanpa pernah dikeluarkan.

Ungkapan terakhir,

Ingatlah selalu bahwa perkataan yang baik akan menciptakan dunia yang baik pula.


Share:
Read More
, , , , , , , , , ,

Howl's Moving Castle ハウルの動く城 (2004) | Marf Movie Review



Bagi para pecinta film animasi yang penuh fantasi pasti akan tertarik dengan salah satu film produksi Studio Ghibli yang satu ini, Howl's Moving Castle. Film yang diangkat dari sebuah novel karya Diana Jones dengan judul yang sama bercerita mengenai tokoh utama Sophie (18 tahun) yang dikutuk oleh Penyihir Pembuangan, merubahnya menjadi nenek berusia 90 tahun. Namun, dari situlah film mulai berjalan, menceritakan Sophie yang ingin menghilangkan kutukan yang tidak bisa ia ceritakan dan berkelana sampai membuatnya tinggal di kastil milik penyihir Howl. 

Howl merupakan penyihir tampan yang selalu berpindah pindah dan memiliki banyak tempat menyamar dan nama samaran. Penyihir yang selalu menyembunyikan dirinya agar tidak ditemukan oleh Penyihir Pembuangan, namun kedatangan Sophie mengubah hal tersebut. Mengubah pemikiran Howl yang selalu ingin bersembunyi di dalam Kastil bergerak miliknya. Singkatnya, Sophie jatuh cinta kepada Howl. Namun, Jantung Howl sudah digadaikan kepada iblis api, Calcifer. Bagaimana akhir mereka semua?


Secara animasi yang ditampilkan, untuk tahun 2004 grafik yang diberikan cukup baik untuk tahun rilis awalnya. Dengan pengambaran khas Studio Ghibli yang penuh dengan hal-hal aneh dan juga mendetail pada bagian bagaian raut wajah dan sekali lagi, aneh. Tapi, hal inilah yang membuat Studio Ghibli mempunyai ciri khas dari animasi animasi di Jepang, maupun animasi secara global. Mengacu selalu pada hal fantasi juga merupakan salah satu poin milik Studio Ghibli.

Cerita film ini berbeda dengan yang ditulis Diana Jones sebagai Author novel Howl's Moving Castle. Dengan beberapa perubahan dalam hal penambahan maupun pengurangan alur cerita namun titik fokusnya tetap kepada Sophie tapi dengan cara penggambaran Sang Sutradara Hayao Miyazaki. Ada banyak sekali hal-hal yang Miyazaki ubah dari novel menuju film garapannya, juga bagaimana cara Sophie dan Howl menuju hubungan mereka. 


Howls Moving Castle menerima banyak penghargaan di tahun 2004 sampai 2005. juga masuk ke dalam 10 film terbaik pada tahun 2005 diberbagai media. Salah satu media, USA Today memuji dalam kemampuan untuk mencampur "rasa imajinasi masa kecil dengan emosi dan motivasi luar biasa" Walaupun begitu, ada pula kritikus film yang menganggap Howl Moving Castle merupakan film garapan Miyazaki yang terlemah dan hanya mendapatkan 2,5 dari 4 bintang. 

Dalam rating IMDb sendiri Howls Moving Castle mencapai angka 8,2/10 (2018) dan tanggapan pribadi saya bahwa film ini memiliki alur cerita yang tidak membosankan dan ciri khas Studio Ghibli mkin membuat film ini tidak membosankan sama sekali. Jadi untuk kalian yang mencintai film animasi, saya merekomendasikan Howls Moving Castle untuk kalian nonton.

Terima kasih sudah membaca ulasan ini!



Sumber Gambar: Giphy dan IMDb Photo Gallery.
Share:
Read More
, , , , , , , , , ,

Midnight Runners 청년경찰 (2017) | Marf Movie Review



Mungkin sudah banyak model film dengan genre action yang begitu serius dan membuat penonton menjadi ikut-ikutan serius dan lupa napas beberapa detik. Tapi kalo action bertemu comedy kayaknya menarik dan memang selalu menarik. Setiap genre dengan tambahan comedy selalu menarik dan menghibur.

Sama hal nya dengan salah satu film dari negara penuh idol, Midnight Runners menambah daftar film action-comedy yang menurut saya menghibur. Mengambil tema akademisi kepolisian dan penculikan sangat erat kaitannya dengan film action karena sudah pasti kasus penculikan menimbulkan hal-hal aksi di dalamnya. 
Two friends who are students at Korean National Police University, find themselves in an endless race against time after they witness a kidnapping and decide to use their knowledge.
Dalam film ini, seorang pelajar yang belum berstatus polisi lah yang mencoba menuntaskan kasus penculikan. Juga kasus penculikan yang dikira mereka hanya melibatkan seorang perempuan nyatanya membawa mereka pada kegiatan ilegal perdagangan manusia yang hanya menargetkan wanita sebagai korbannya.

Tapi jangan terlalu tegang, karakter para pemain yang lugu bisa menenangkan untuk sejenak, persahabatan yang terjalin antara mereka juga adalah persahabatan yang tidak disengaja dan kadang memang begitu adanya. Saya menyukai cara penyampaian apa adanya dalam persahabatan mereka. 

Buat para pecinta drama korea, mungkin ketika menonton drama ini kalian merasa tidak asing terhadap beberapa pemainnya. Karena wajah semua pemain terlihat familiar dan sering muncul dalam beberapa drama korea. Tapi buat kalian yang bukan penggemar drama korea, tidak ada ruginya menonton film ini. 

Karakter untuk masing-masing tokoh menurut saya baik. Karena setiap pemain memiliki 'bagian' mereka sendiri. Mulai dari sekedar instruktur, dosen maupun para penculik memiliki bagian yang cukup untuk menggambarkan bagaimana watak mereka dalam film ini. 

Judulnya sendiri, pada awalnya saya juga kurang ngeh kenapa dinamakan Midnight Runners yang tidak ada hubungannya dengan menjadi akademisi kepolisian atau mendekati hal tersebut, tapi setelah menonton filmnya secara langsung saya mengerti kenapa judul ini digunakan yang memang menyatakan 60% nya.  

Ratingnya dalam IMDb yaitu 7.1/10 (12/7/18) mungkin tergolong cukup dan bukan rating baik karena kebanyakan orang memilih untuk menonton film dengan rating delapan ke atas karena menurut kebanyakan orang rating delapan ke atas sudah pasti menjanjikan film yang baik. Tapi, hal itu tidak selalu berlaku. Karena selera orang kadang berbeda-beda. Apa yang orang lain suka, belum tentu kalian suka. Film pun begitu, maka tidak ada salahnya menonton film dengan rating dibawah delapan.


Kalo menurut saya, film ini baik. Saya tersentuh dengan kegigihan kegigihan mereka untuk menyelamatkan para korban yang diculik. Setiap perjuangan mereka dan hal tersebut tergambarkan dengan baik berkat akting dari Park Seojoon dan Kang Haneul tidak lupa pula mereka sebagai pemeran pendukung yang membuat film ini semakin baik.

Tertarik untuk menonton?
Share:
Read More